Jumat, April 24, 2009

Tentang Kekasih

Aku terlahir di tengah kondisi yang awalnya tak kukenali. Aku hanya
bisa menangis saat itu, mungkin aku menangisi terang, karena aku rindu gulita yang
sebelumnya selalu meliputi keberadaanku. Gulita yang pernah melindungi aku dari
geliat keramaian makhluk-makhluk yang kini aku lihat, di dunia yang berbeda. Faktanya
aku menangisi kenyataan, walau belakangan kutahu, ternyata aku tercipta karena
anugerah-Mu, terlahir aku karena cinta-Mu, dan ada aku karena ingin-Mu.

Tanyaku semula padaMu, kenapa aku Kauadakan, kenapa aku harus Kausertakan
untuk meramaikan marcapada. Padahal makhluk-makhluk lain telah banyak Kauciptakan,
melimpah di setiap penjuru. Protesku, kenapa Kautambahkan lagi aku untuk ikut
meramaikan dunia, yang kukira awalnya adalah biasa. Benarkah Engkau yang
kukenal beraneka nama itu, yang selama ini mencintai, menjagaku, dan
menciptakanku? Walau aku tak tahu rupa dan wujud-Mu, namun kurasakan kehadiran
dan desiran cinta-Mu, begitu dahsyat mendidih mengaliri darahku.
Terkadang aku bertanya, mengapa tak lelah Engkau melihat dan
mengawasiku pula, padahal aku begitu pongah dan sering mengacuhkan ingin-Mu. Ah,
inikah yang Kausebut cinta dan kasih sayang-Mu yang besar itu? Dan kini ku
semakin tahu bahwa nama yang melingkari sifat-Mu pun begitu berjuta. Yang
kesemuanya, membuat aku cemburu. Karena aku ingin sekali mempunyai sifat
seperti nama-nama indah-Mu itu. Walaupun satu sifat, namun itu akan mewakili
aku untuk menjadi kekasih harapanMu.
Wahai Kau yang selamanya begitu berkuasa dan kian menembusi isi hati
terdalamku. Detak jantungku kudengar tak pernah berhenti, mendukung jiwa dan
ragaku agar tetap hidup dan terus menyebut nama-Mu, ini kuyakin karena aku cinta
padaMu, dan kupahami Engkau begitu ingin aku dekat denganMu. Karena aku bukti
cintaMu.
Engkau Yang Maha Sempurna, telah menciptakan manusia dengan sempurna
pula. Engkau memang berkehendak untuk menciptakan segala sesuatu. Dengan
kekuasaan-Mu, Kau telah membaguskan rupa setiap hamba-Mu. Engkau bertutur dalam
kalam suci-Mu:
Allahlah yang menjadikan bumi bagi kamu, tempat menetap dan langit
sebagai atap. Dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu. (Q.S Al-Mu’minun: 64).
Engkau memang menciptakan manusia bukan tanpa satu tujuan. Engkau
juga telah mengajak manusia untuk merenungi penciptaan mereka, dalam Kalam Suci-Mu,
Engkau berdialog kepada manusia:
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu, lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki
Dia menyusun tubuhmu,” (Q.S Al-Infithaar: 6-8).
Wahai Engkau yang kini dan selamanya kujadikan kekasih hati, aku
ingin Engkau tetap memelukku erat, menatapku lekat, dan menjagaku ketat, dari
hal-hal yang akan membuat aku jadi jauh dariMu.
Wahai Engkau yang kunamakan Cinta, tenggelam aku selalu jika
merindukanMu, hingga sulit ku menepi. Berjuta cinta-Mu tak pernah segan Kauhujankan
padaku. Padahal, aku di sini selalu menganiaya diri, mencuri waktu tuk bisa
menipu Mu.
Yaa Rabbii, ampuni aku…! Deretan kata yang kutulis, kuyakin tak akan
bisa membandingi tetesan nikmat-Mu. Karena anugerah-Mu terlalu besar.
Tuhan, aku di sini ada karena Kauadakan, terdampar dalam gelimpang
anugerah dan rahmat-Mu. Maka izinkan aku menulis kata cinta untukMu. Memuja Mu,
wahai Dzat yang pantas dipuja lewat nama-nama indah-Mu. Engkau adalah inspirasi
terdalam dalam keadaanku. Sekali lagi, kini ku ingin memujiMu.
Wahai Tuhan Yang Maha Indah, Maha Suci Engkau, segala puji bagi
Engkau, dan hanya kepadaMu aku berserah
diri…!
Readmore Baby...

KESETIAAN ISTERI KEPADA SUAMINYA

Teguh dengan kesetiaan yang jujur merupakan sifat wanita yang paling utama.
Sebuah kisah menyebutkan, bahwasanya Asma’ binti 'Umais adalah isteri Ja’far bin Abi Thalib, lalu menjadi isteri Abu Bakar sepeninggalnya, kemudian setelah itu dinikahi oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu.

Suatu kali kedua puteranya, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abi Bakar saling membanggakan. Masing-masing mengatakan, “Aku lebih baik dibandingkan dirimu, ayahku lebih baik dibandingkan ayahmu.” Mendengar hal itu, ‘Ali berkata, “Putuskan perkara di antara keduanya, wahai Asma’.” Ia mengatakan, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik dibandingkan Ja’far dan aku tidak melihat pria tua yang lebih baik dibandingkan Abu Bakar.” ‘Ali mengatakan, “Engkau tidak menyisakan untuk kami sedikit pun. Seandainya engkau mengatakan selain yang engkau katakan, niscaya aku murka kepadamu.” Asma’ berkata, “Dari ketiganya, engkaulah yang paling sedikit dari mereka untuk dipilih” [1]
Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berwasiat agar Asma’ binti ‘Umais Radhiyallahu ‘anhuma memandikannya (saat kematiannya). Ia pun melakukannya, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Lalu ia bertanya kepada kaum Muhajirin yang datang, “Aku berpuasa dan sekarang adalah hari yang sangat dingin, apakah aku wajib (harus) mandi?” Mereka menjawab, “Tidak.” Sebelumnya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menekankan kepadanya agar (ketika memandikannya) dia tidak dalam keadaan berpuasa, seraya mengatakan, “Itu membuatmu lebih kuat.”
Kemudian ia teringat sumpah Abu Bakar pada akhir siang, maka ia meminta air lalu meminumnya seraya mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingin mengiringi sumpahnya pada hari ini dengan melanggarnya” [2]
Ketika kaum pendosa lagi fasik mengepung pemimpin yang berbakti dan “sang korban pembunuhan” kaum berdosa, ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu dan mereka menyerangnya dengan pedang, maka isterinya (Na'ilah binti al-Furafishah) maju ke hadapan beliau sehingga menjadi pelindung baginya dari kematian. Para pembunuh yang bengis ini tidak menghiraukan kehormatan wanita ini dan mereka terus menebas ‘Utsman dengan pedang, (namun sang isteri menangkisnya) dengan mengepalkan jari-jari tangannya, hingga jari-jarinya terlepas dari tangannya. Isterinya menggandengnya lalu terjatuh bersamanya, kemudian mereka membunuh ‘Utsman [3].
Ketika Amirul Mukminin Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu melamarnya, ia menolak seraya mengatakan, “Demi Allah, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan 'Utsman (sebagai suamiku) selamanya."[4]
Di antara tanda-tanda kesetiaan banyak wanita shalihah kepada suami mereka setelah kematiannya bahwa mereka tidak menikah lagi. Tidak ada yang dituju melainkan agar tetap menjadi isteri mereka di dalam Surga"[5]
Dari Maimun bin Mihran, ia mengatakan: “Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘anhu meminang Ummud Darda’, tetapi ia menolak menikah dengannya seraya mengatakan, ‘Aku mendengar Abud Darda’ mengatakan: ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda.
“Artinya :Wanita itu bersama suaminya yang terakhir,’ atau beliau mengatakan, ‘untuk suaminya yang terakhir"[6]
Dari ‘Ikrimah bahwa Asma’ binti Abi Bakar menjadi isteri az-Zubair bin al-‘Awwam, dan dia keras terhadapnya. Lalu Asma’ datang kepada ayahnya untuk mengadukan hal itu kepadanya, maka dia mengatakan, “Wahai puteriku, bersabarlah! Sebab, jika wanita memiliki suami yang shalih, kemudian dia mati meninggalkannya, lalu ia tidak menikah sepeninggalnya, maka keduanya dikumpulkan di dalam Surga” [7]
Dari Jubair bin Nufair, dari Ummud Darda’ bahwa dia berkata kepada Abud Darda’, “Sesungguhnya engkau telah meminangku kepada kedua orang tuaku di dunia, lalu mereka menikahkanmu denganku. Dan sekarang, aku meminangmu kepada dirimu di akhirat.” Abud Darda’ mengatakan, “Kalau begitu, janganlah menikah sepeninggalku.” Ketika Mu’awiyah meminangnya, lalu ia menceritakan tentang apa yang telah terjadi, maka Mu’awiyah mengatakan, “Berpuasalah! [8]
Ketika Sulaiman bin ‘Abdil Malik keluar dan dia disertai Sulaiman bin al-Muhlib bin Abi Shafrah dari Damaskus untuk melancong, keduanya melewati sebuah pekuburan. Tiba-tiba terdapat seorang wanita sedang duduk di atas pemakaman dengan keadaan menangis. Lalu angin berhembus sehingga menyingkap cadar dari wajahnya, maka ia seolah-olah mendung yang tersingkap matahari. Maka kami berdiri dalam keadaan tercengang. Kami memandangnya, lalu Ibnul Muhlib berkata kepadanya, “Wahai wanita hamba Allah, apakah engkau mau menjadi isteri Amirul Mukminin?” Ia memandang keduanya, kemudian memandang kuburan, dan mengatakan:
"Jangan engkau bertanya tentang keinginanku
Sebab keinginan itu pada orang yang dikuburkan ini, wahai pemuda
Sesungguhnya aku malu kepadanya sedangkan tanah ada di antara kita
Sebagaimana halnya aku malu kepadanya ketika dia melihatku”
Maka, kami pergi dalam keadaan tercengang.[9]
Di antara teladan yang pantas disebutkan sebagai teladan utama dari para wanita tersebut adalah Fathimah binti ‘Abdil Malik bin Marwan. Fathimah binti Amirul Mukminin ‘Abdil Malik bin Marwan ini pada saat menikah, ayahnya memiliki kekuasaan yang sangat besar atas Syam, Irak, Hijaz, Yaman, Iran, Qafqasiya, Qarim dan wilayah di balik sungai hingga Bukhara dan Janwah bagian timur, juga Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Barat jauh, dan Spanyol bagian Barat. Fathimah ini bukan hanya puteri Khalifah Agung, bahkan dia juga saudara empat khalifah Islam terkemuka: al-Walid bin ‘Abdil Malik, Sulaiman bin ‘Abdil Malik, Yazid bin ‘Abdil Malik dan Hisyam bin ‘Abdil Malik. Lebih dari itu dia adalah isteri Khalifah terkemuka yang dikenal Islam setelah empat khalifah di awal Islam, yaitu Amirul Mukminin ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz.

Puteri khalifah, dan khalifah adalah kakeknya
Saudara khalifah, dan khalifah adalah suaminya
Wanita mulia yang merupakan puteri khalifah dan saudara empat khalifah ini keluar dari rumah ayahnya menuju rumah suami-nya pada hari dia diboyong kepadanya dengan membawa harta termahal yang dimiliki seorang wanita di muka bumi ini berupa perhiasan. Konon, di antara perhiasan ini adalah dua liontin Maria yang termasyhur dalam sejarah dan sering disenandungkan para penya’ir. Sepasang liontin ini saja setara dengan harta karun.
Ketika suaminya, Amirul Mukminin, memerintahkannya agar membawa semua perhiasannya ke Baitul Mal, dia tidak menolak dan tidak membantahnya sedikit pun.
Wanita agung ini -lebih dari itu- ketika suaminya, Amirul Mukminin ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz wafat meninggalkannya tanpa meninggalkan sesuatu pun untuk diri dan anak-anaknya, kemudian pengurus Baitul Mal datang kepadanya dan mengatakan, “Perhiasanmu, wahai sayyidati, masih tetap seperti sedia kala, dan aku menilainya sebagai amanat (titipan) untukmu serta aku memeliharanya untuk hari tersebut. Dan sekarang, aku datang meminta izin kepadamu untuk membawa (kembali) perhiasan tersebut (kepadamu).”
Fathimah memberi jawaban bahwa perhiasan tersebut telah dihibahkannya untuk Baitul Mal bagi kepentingan kaum muslimin, karena mentaati Amirul Mukminin. Kemudian dia mengatakan, “Apakah aku akan mentaatinya semasa hidupnya, dan aku mendurhakainya setelah kematiannya? [10]
[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
__________
Foote Note
[1]. Thabaqaat Ibni Sa’ad (II/2080), Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (II/36), Siyar A’laamin Nubalaa’ (II/286); al-Ishaabah (VII/491).
[2]. Thabaqaat Ibni Sa’ad (VIII/208).
[3]. Audatul Hijaab (II/533), dan dinisbatkan kepada ad-Durrul Mantsuur fii Thabaqaat Rabaatil Khuduur (hal. 517).
[4]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (VII/343).
[5]. ‘Audatul Hijaab (II/534).
[6]. As-Silsilah ash-Shahiihah, Syaikh al-Albani (no. 1281), shahih.
[7]. As-Silsilah ash-Shahiihah, Syaikh al-Albani (III/276), shahih.
[8]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (IV/278).
[9]. Akhbarun Nisaa' (hal. 138), dan kitab ini dinisbatkan secara keliru kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Yang benar bahwa beliau tidak pernah menulis kitab ini.
[10]. ‘Audatul Hijaab (II/538)
Readmore Baby...

Keutamaan Menikah dan Jenis-Jenisnya

Salah satu problematika sosial umat Islam dewasa ini, adalah kekurangpahaman sebagian pemuda-pemudi Islam mengenai masalah etika dan adab pergaulan, terlebih lagi mengenai hubungan antarjenis. Akibatnya, banyak dari mereka yang terjerumus dalam berbagai kasus kerusakan akhlak dan moral.

Barangkali, kurangnya pemahaman mengenai Islam dan lemahnya keterikatan terhadap agama menjadi sebab utama, padahal Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang selalu sesuai dengan tabiat dan dorongan batin manusia. Islam mengatur agar dorongan-dorongan batin manusia dipenuhi dan ditempatkan pada garis syariatnya. Misalnya, keinginan untuk mengadakan kontak antara laki-laki dan perempuan diatur dalam syariat perkawinan. Demikian pentingnya masalah ini sehingga diatur dalam sebuah aturan hukum yang disebut dengan fiqhun nikah atau fiqhul munakahat. Islam menegaskan, bahwa hanya perkawinanlah satu-satunya cara yang sah untuk membentuk hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dilakukan dalam upaya membangun suatu masyarakat yang bersih dan berperadaban. Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-Nuur: 30-31)

II. PENGERTIAN NIKAH

Secara etimologi, nikah berarti adl-dlammu wa al-jam’u (mengumpulkan), al-wath-u (bersetubuh), dan al-aqdu (akad).

Adapun secara terminologi, nikah adalah dilaksanakannya sebuah akad yang dengannya diperbolehkan seorang laki-laki bersenang-senang dengan perempuan, baik untuk melakukan hubungan seksual, bersentuhan, bercumbu rayu, maupun yang lainnya. Dalam terminologi lain, nikah adalah akad yang disyariatkan untuk memberikan kepemilikan istimta’ (bersenang-senang) laki-laki atas wanita. (Lihat Fathul Qadiir 2/339, ad-Daar al-Mukhtaar 2/355-357, asy-Syarh ash-Shaghiir 2/332, dan Mughni al-Muhtaaj 3/123)

III. KEUTAMAAN NIKAH

Ada beberapa keutamaan menikah, diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, pernikahan menjadikan seseorang memiliki jiwa yang lebih santun, tenang, dan damai, sehingga gejolak-gejolak liar akan pergi darinya.

Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman,

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

(ar-Ruum: 21)

Oleh karena itu, apabila seseorang ingin hidup dalam kondisi mental yang sehat, rumah tangga yang sakinah merupakan kunci utamanya. Rumah tangga sakinah adalah rumah tangga yang dibentuk atas dasar tali pernikahan yang sah. Sebaliknya, bila hubungan itu didasari oleh pacaran bebas, pergundikan atau kumpul kebo, maka pasti tidak akan bisa menyatukan laki-laki dan perempuan dalam suasana yang rukun, saling mempercayai, dan bersatu untuk selamanya.

Kedua, pernikahan adalah wadah seseorang menyalurkan saluran rasa cintanya dan menumbuh kembangkannya.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali ‘Imran: 14)

Lewat ayat ini, Allah memberitahu bahwa Ia menciptakan manusia dengan naluri kecintaan atau kesukaan kepada perempuan, anak cucu, dan harta kekayaan. Naluri ini diberikan oleh Allah agar anusia dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan hidup di dunia.

Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimanakah cara seseorang menyalurkan dan memelihara naluri kecintaannya kepada perempuan atau lelaki agar rasa itu dapat membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan hidupnya? Untuk dapat menyalurkan naluri tersebut Allah memberi petunjuk dengan menetapkan satu-satunya jalan halal, yaitu pernikahan. Melalui pernikahan, seorang laki-laki dan perempuan akan bersatu dalam ikatan yang sah, sehingga naluri kecintaan mereka pun tersalurkan dengan baik. Ibnu Abbas ra. Berujar, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw, lalu berkata, ‘Kami mempunyai seorang anak perempuan yatim. Dia telah dipinang oleh dua orang lelaki, yang seorang miskin dan yang lainnya kaya. Akan tetapi dia senang kepada yang miskin, sedangkan kami menyukai yang kaya’, Nabi saw bersabda, ‘Tidak pernah diketahui dua orang yang bercinta, setulus cinta dalam pernikahan.’” (HR. Ibnu Majah, Hakim, dan Baihaqi)

Ketiga, pernikahan memberikan kepastian nasab dan memelihara kelestariannya.

Salah satu dari lima maqashidusy syariah (tujuan diturunkannya Islam) adalah memelihara nasab secara hak dan benar. Untuk mencapai hal inilah, maka lembaga pernikahan menjadi sangat penting, sebab melalui pernikahan diharapkan lahir keturunan yang mempunyai nasab secara sah. Dengan demikian, estafet generasi manusia terpelihara kejelasannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (an-Nisaa’: 1)

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina….” (an-Nisaa’ : 22-24)

Oleh sebab itu, kejelasan nasab dan pemeliharaan kesuciannya tidak mungkin ada bila hubungan itu bersifat bebas yang didasari hawa nafsu semata, seperti zina. Rasulullah saw bersabda, “Nasab anak mengikuti laki-laki yang menjadi suami ibunya, sedangkan orang yang berzina hukumannya adalah rajam.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Baihaqi)

Kepastian nasab sangat penting dalam hukum Islam, karena Islam tidak mengakui berbagai macam bentuk nasab orang tua kepada anak yang lahir di luar pernikahan. Anak angkat, anak pungut, anak hasil zina, dan anak tiri merupakan contoh nasab anak yang tidak diakui oleh Islam. Anak tiri maupun anak pungut—walaupun masyarakat mengakuinya—tidak mempunyai hubungan apapun dengan orang tua angkatnya, sebab ia tidak mempunyai hak waris dari bapak tirinya, dan juga sebaliknya. Jadi, hanya melalui pernikahan yang sah menurut Islamlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan akan memperoleh nasab yang jelas, yaitu nasab yang disandarkan kepada laki-laki yang menjadi suami ibunya—dimana anak itu lahir dari hubungan badan setelah akad nikah.

Keempat, pernikahan memelihara martabat seorang perempuan.

“…(Dan dihalalkan mengawini wanita-wanita yang menjaga kehormatan) diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (al-Maidah: 5)

Wanita yang menjaga kehormatannya, dan kemudian dijadikan isteri oleh seorang laki-laki secara sah, disebut Al-Qur`an dengan istilah muhshonah, sebagaimana ayat tersebut di atas. Kata muhshan berasal dari hisnun yang berarti benteng, sedangkan kata hisnun ini yang berasal dari kata kerja hashana, yang bermakna melindungi dengan kukuh, seperti melindungi seseorang dalam benteng.

Penggunaan kata muhshon untuk laki-laki dan muhshonah untuk perempuan mencerminkan kedudukan yang dalam pernikahan bagi laki-laki dan perempuan. Dengan pernikahan, perempuan ditempatkan dalam posisi yang jauh dari berbagai tuduhan yang melecehkan martabatnya, seperti pelacur atau gundik.

Adapun Al-Qur`an menyebut gundik dengan istilah akhdan—yang berasal dari kata khidnun yang artinya pipi. Kata ini merupakan kiasan bahwa perempuan yang dijadikan gundik, fungsinya tidak lebih sebagai alas tidur bagi laki-laki yang memeliharanya. Perempuan semacam ini tidak mempunyai perlindungan bagi dirinya, sehingga martabatnya sebagai manusia tidak dihormati dan dihargai. Demikian pula perempuan yang berhubungan dengan laki-laki melalui perzinahan.

Pernikahan dikatakan sebagai ihshan (benteng perlindungan), karena dengan pernikahan seorang perempuan akan mendapatkan hak-haknya dengan jelas. Ia juga akan memikul kewajibannya dengan jelas. Apabila seorang perempuan mendapatkan perlindungan hak yang jelas, dan sekaligus memikul kewajiban yang benar dalam kehidupan sehari-hari, maka ia akan memiliki martabat terhormat, yang tidak dapat dipermainkan oleh orang lain.

Pernikahan akan menjamin hak-hak perempuan dilindungi kaum lelaki yang menjadi suaminya. Di sisi lain, ia akan melaksanakan kewajibannya terhadap suaminya. Oleh karena itu, seorang perempuan yang dinikahi secara sah, akan mendapatkan perlindungan laksana seseorang yang berada di dalam benteng yang kokoh.

Perempuan yang terikat dalam pernikahan yang sah sebagai seorang istri, tidak dapat diperlakukan semena-mena oleh suaminya. Hal ini dikarenakan ia memiliki jaminan hukum yang jelas dan perlindungan sosial yang tegas. Dari sisi hukum, ia mempunyai hak-hak tertentu terhadap suaminya. Dari sisi sosial, ia akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat apabila suaminya bertindak semaunya terhadapnya. Inilah keutamaan pernikahan bagi wanita.

Jika perempuan berhubungan dengan lelaki hanya sebagai pasangan berzina atau gundik, maka ia ibarat sampah yang sama sekali tidak berharga. Perempuan yang hanya menjdi pasangan berzina atau alas tidur seorang lelaki—selain haknya tidak akan dipenuhi lelaki yang menjadi pasangannya, ia juga telah kehilangan harga dirinya. Ia akan dianggap rendah oleh masyarakat dan oleh lelaki yang berzina dengannya. Ia tidak akan pernah mendapat jaminan hukum yang tegas dari pasangannya, sehingga sewaktu-waktu ia dapat ditinggalkan begitu saja tanpa rasa belas kasih.

Dengan demikian, sesungguhnya pernikahan memberi jaminan yang kuat bagi perempuan, sekaligus mengangkat martabatnya dan memelihara haknya. Ia dapat menuntut, apabila hak-haknya dilanggar oleh suaminya.

Kelima, pernikahan mencegah kerusakan moral pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Islam sangat mengajarkan kebersihan, bahkan menjadikannya sebagian daripada iman. Hal ini dimaksudkan agar muncul satu masyarakat Islam yang bersih, baik dari segi pisik, mental, maupun moral. Adanya penyimpangan akhlak diibaratkan sebagai kotoran yang harus dibersihkan. Melalui pernikahan, seseorang akan selalu menjaga farj-nya dari kubangan-kubangan kemaksiatan. Ia pun akan lebih menjaga pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Rasulullah saw bersabda, “Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memiliki kemampuan (menikah), hendaklah ia menikah. Karena menikah itu mampu menundukkan pandangan dan menjaga farji. Maka, siapa yang belum mampu (menikah,) hendaknya ia berpuasa. Hal ini karenakan, puasa itu memberikan kemampuan untuk menahan syahwat.”

(HR. Jama’ah)

IV. PERNIKAHAN DAN JENIS-JENISNYA

Sebelum membahas jenis-jenis pernikahan fasidah (yang rusak) dalam Islam, ada beberapa jenis pernikahan yang berkembang pada zaman jahiliah. Sebagaimana diriwayatkan Imam ad-Daruqutni dari Aisyah ra., ada empat macam pernikahan yang pernah berlaku pada masa jahiliah, yaitu sebagai berikut.

1. Pernikahan Pinang

Pernikahan ini dilakukan seorang pria dengan cara meminang wanita yang akan dinikahinya, kemudian ia menyerahkan sejumlah mahar yang disepakati dalam akad. Pernikahan ini berlaku sampai sekarang, dengan rukun dan syarat yang telah disepakati oleh Jumhur Ulama, yaitu adanya calon mempelai, wali, dua saksi, dan mahar (mas kawin).

2. Pernikahan Pinjam (Gadai)

Di dalam pernikahan ini, seorang suami memerintahkan istrinya—sesudah istrinya bersih dari haid—untuk melakukukan hubungan seksual dengan pria lain yang diinginkannya. Sementara hal itu berlangsung, si suami tidak menggauli istrinya sampai ia benar-benar hamil dari pria lain tersebut. Pernikahan ini dilakukan agar mendapatkan keturunan yang lebih baik, cerdas, dan unggul. Pernikahan atau perkawinan gadai ini hukumnya haram dalam Islam. Hal ini disebabkan tidak ada bedanya dengan perzinaan yang dilegalkan.

3. Sejumlah laki-laki (di bawah sepuluh orang) secara bersama-sama menggauli seorang wanita.

Ketika wanita tersebut—yang digauli sejumlah lelaki secara bersama-sama—hamil dan melahirkan, maka selang beberapa malam, ia akan mengirimkan anaknya kepada salah satu dari mereka. Seseorang yang telah dipilih itu tidak boleh menolak keputusan wanita tersebut. Hal ini dilakukan setelah mereka berkumpul kembali di rumah wanita tersebut, ia akan berkata kepada mereka, “Kalian semua telah mengetahui masalahnya, yaitu saya telah melahirkan anak ini. Hai Fulan, anak ini adalah anakmu.”

Pernikahan di atas juga diharamkan dalam Islam. Karena, tidak memenuhi syarat dan rukun dalam pernikahan yang Islami. Hal ini mirip dengan poliandri yang diharamkan dalam hukum Islam.

4. Wanita-wanita yang tidak menolak untuk digauli para lelaki

Mereka ini adalah wanita tuna susila. Mereka memasang bendera di depan rumahnya agar diketahui oleh para lelaki yang menginginkan mereka. Siapa pun bebas keluar masuk ke dalam rumah mereka. Ketika salah seorang dari mereka melahirkan, maka semua laki-laki yang pernah menggauli wanita tersebut dikumpulkan. Ia lalu memanggil seorang dukun ahli firasat. Hal ini dimaksudkan untuk mencari kemiripan anak tersebut dengan bapaknya. Lalu, anak itu diberikan kepada lelaki yang serupa dengannya, dan lelaki tersebut tidak boleh menolaknya.

Jenis-jenis pernikahan fasidah (pernikahan yang rusak atau batal)

Pernikahan dalam Islam harus mengacu kepada rambu-rambu yang telah digariskan Al-Qur`an dan Hadits. Ia harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dibakukan dalam syarat dan rukun nikah. Di samping itu, seorang lelaki juga harus menjauhi wanita-wanita yang diharamkan untuk dinikahi, baik disebabkan karena nasab, sepersusuan, perbedaan agama, maupun sebab-sebab lain yang bersifat sementara, seperti adik ipar, atau wanita yang sedang iddah.

Oleh karena itu, apabila pernikahan yang dilakukan tidak mengikuti aturan-aturan yang berkaitan dengan syarat dan rukun, maka pernikahan tersebut dikategorikan dalam pernikahan fasidah yang harus dihindari setiap muslim.

Ada beberapa jenis pernikahan fasidah, sebagaimana berikut; Pernikahan Syighar, Pernikahan Mut’ah, Pernikahan Muhallil, Pernikahan Mu’taddah, Pernikahan Muslimah dengan Non Muslim, dan Pernikahan Muhrim

Pertama, Pernikahan Syighar

Pernikahan Syighar adalah pernikahan dimana seorang wali mengawinkan putrinya atau saudaranya dengan seorang laki-laki, namun dengan syarat putri atau saudara lelaki itu dinikahkan kepada wali tersebut tanpa mahar. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw. Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang pernikahan syighar. Pernikahan syighar adalah seorang laki-laki berkata kepada temannya, ‘Nikahkan aku dengan putri atau sudaramu, dan aku nikahkan putri atau saudaraku dengan kamu.’ Di antara keduanya tidak ada mahar.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada (pernikahan) syighar dalam Islam.”

(HR Muslim)

Dua hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah saw melarang pernikahan syighar. Larangan dalam Islam menunjukkan adanya ke-fasad-an (kerusakan) yang dilarang. Maka, pernikahan ini hukumnya batal, dan harus di-faskh-kan (dipisahkan), baik sebelum berhubungan badan maupun sesudahnya. Ini adalah pendapat Jumhur Ulama dari kalangan madzhab Malikiah, Syafi’iah, dan Hanabilah. Adapun Hanafiah berpendapat pernikahan ini tetap sah, selama diwajibkan memenuhi mahar misl (mas kawin yang seharga mas kawin saudara-saudaranya). Menurut Hanafiah, larangan yang ada dalam hadits tidaklah menunjukkan keharamaan atau pembatalan, akan tetapi sekadar menunjukkan kemakruhan saja.

Kedua, Pernikahan Mut’ah

Pernikahan mut’ah adalah pernikahan yang dibatasi dengan waktu tertentu, atau yang lazim disebut dengan “an-Nikah al-muaqqat” (Pernikahan sementara atau kawin kontrak).

Hukum kawin mut’ah ini menurut semua madzhab adalah tidak sah atau batal. Karena tidak sah, maka tidak boleh dilaksanakan oleh umat Islam. Hal ini berdasarkan beberapa dalil, sebagaiman disebutkan di bawah ini.

· Rasulullah saw bersabda, “Wahai, manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan kalian nikah mut’ah. Maka ingatlah, sesungguhnya Allah telah mengaramkannya (sekarang) sampai hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah)

· Ali ra meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. telah melarang nikah mut’ah, dan memakan daging keledai peliharaan pada Perang Khaibar.

(HR Ibnu Majah)

· Umar, tatkala menjadi Khalifah, berpidato di hadapan para sahabat yang isinya melarang nikah mut’ah. Adapun mereka semua menyetujui apa yang dikatakan Umar. Sekiranya hal yang disampaikan Umar itu tidak benar, maka tentu mereka tidak akan diam dan menyetujuinya.

· Pernikahan mut’ah identik dengan prostitusi yang dilegalkan, dan hanya bertujuan untuk melampiaskan nafsu birahi saja, tanpa ada beban tanggung jawab terhadap anak-anak. Bahkan, jika hal ini dibiarkan berkembang dalam masyarakat Islam, maka niscaya akan mengakibatkan wabah penyakit moral dan sosial. Hal ini dikarenakan tidak ada bedanya orang yang datang ke tempat prostitusi, dengan orang yang menyerahkan uang yang telah disepakati untuk kawin kontrak ini.

Ketiga, Pernikahan Muhallil

Pernikahan muhallil adalah suatu bentuk kolusi dalam pernikahan, yang dilakukan antara bekas suami seorang wanita—yang telah ditalak tiga kali—dengan pria lain, yang bertujuan agar pria tersebut akan mentalak istrinya setelah nikah. Hal ini dimaksudkan agar bekas suami wanita tersebut bisa kembali lagi.

Pernikahan seperti ini hukumnya adalah haram, dan termasuk dosa besar. Pelakunya akan dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Perhatikan beberapa hadits di bawah ini.

“Allah melaknat muhallil (orang yang menikahi bekas wanita yang ditalak bain kubra), dan muhallal lahu (bekas suami yang kolusi dengan muhallil [pria lain] ).”

(HR. Ahmad)

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Rasulullah saw. melaknat muhallil dan muhallal lahu.” (HR. at-Tirmidzi)

Rasulullah saw. ditanya tentang hukum muhallil, beliau menjawab, “Tidak boleh, kecuali dengan dasar cinta. Tidak boleh ada tipuan, dan tidak boleh memainkan hukum Allah, sehingga ia menikmati madunya (senggama).” (HR. Abu Ishak al-Jurjany)

Keempat, Pernikahan Mu’taddah (wanita yang sedang iddah)

Pernikahan mu’taddah adalah pernikahan dimana sang wanita masih dalam masa iddah (penantian), baik karena talak maupun karena ditinggal mati suaminya. Pernikahan mu’taddah ini hukumnya batal dan harus dipisahkan. Bahkan, laki-laki tersebut tidak boleh menikahi kembali wanita itu—setelah habis masa iddahnya. Hal ini diberikan sebagai sanksi kepadanya (lihat Minhaj al-Muslim hal 382). Hal ini juga didasarkan kepada firman Allah SWT , sebagaimana berikut ini.

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ‘iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah: 235)

Kelima, Pernikahan Muslimah dengan Non Muslim

Apabila seorang muslimah dinikahkan dengan non muslim, baik dari ahli kitab maupun non ahli kitab, maka pernikahan tersebut tidak sah dan harus dipisahkan. Sekiranya tidak dapat dipisahkan dan dibiarkan berumah tangga, maka jatuh hukumnya seperti berzina. Hal ini dikarenakan akad nikahnya tidak sah. Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini.

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. DanAllah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (al-Baqarah: 221)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka….” (al-Mumtahanah: 10)

Keenam, Pernikahan Muhrim

Pernikahan ini adalah pernikahan yang dilakukan oleh muhrim (orang yang ihram), baik ihram haji ataupun ihram umrah sebelum tahallul.

Pernikahan ini hukumnya tidak sah dan haram dilakukan. Namun, apabila telah selesai ihram, maka ia boleh melakukannya. Hal ini didasarkan kepada hadits Nabi berikut ini.

“Orang yang ihram, tidak boleh menikah dan menikahkan.” (HR. Muslim)

V. PERNIKAHAN MUSLIM DENGAN WANITA AHLI KITAB

Yang dimaksud dengan Ahli Kitab di sini adalah Yahudiah dan Nashraniah. Adapun para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menikahi wanita-wanita Ahli Kitab ini, yaitu sebagaimana berikut ini.

* Sebagian mereka membolehkan seorang muslim menikahi wanita kitabiah, tanpa ada syarat apapun. Hal ini sesuai dengan firman Allah di bawah ini.

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (al-Maaidah: 5)

· Sebagian mereka berpendapat, bahwa menikahi wanita kitabiah hukumnya makruh dan khilaful aula. Ini merupakan pendapat Hanafiah, Malikiah, dan Hanabilah. Hal ini disebabkan karena Umar bin Khattab pernah berkata kepada para sahabat yang menikahi wanita kitabiah, “Talaklah mereka.” Maka, mereka mentalaknya, kecuali Hudzaifah. Umar ra. lalu berkata kepadanya, “Ceraikanlah istrimu.” Hudzaifah balik bertanya, ”Apakah anda menyaksikan bahwa menikahi wanita kitabiah ini haram?” Umar menjawab, “Tidak, akan tetapi saya kuatir mereka dari wanita-wanita jalang.”

· Ibnu Umar berpendapat, bahwa menikahi wanita kitabiah adalah haram. Ia menganologikan dengan wanita musyrikah. Hal ini karena tidak ada bedanya orang yang menyembah banyak Tuhan, dengan orang yang menuhankan Isa, atau Isa sebagai salah satu oknum Tuhan.

· Syafi’iah membolehkan menikahi wanita kitabiah. Dengan syarat, mereka harus dari keturunan asli israiliah, dan nenek moyang mereka mengikuti agama Isa sebelum dinaskh.

Dari beberapa pendapat diatas, kita bisa konklusikan bahwa orang yang melarang dan memakruhkan pernikahan dengan wanita kitabiah, adalah untuk menghindari fitnah-fitnah yang akan terjadi, diantaranya sebagai berikut.

ط Berkaitan dengan interaksi sosial mereka.

ط Berkaitan dengan agama.

ط Adanya kemungkinan istri menjadi mata-mata pihak lain.

ط Adanya kekhawatiran anak-anak akan mengikuti budaya-budaya mereka.

ط Adanya kekhawatiran tertariknya suami ke dalam agama istri.

Wallahu a’lam bish-shawwab
Readmore Baby...

Tentang Waktu

 Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.

 Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
 Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
 Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
 Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
 Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
 Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
 Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.
 Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
 Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.
Readmore Baby...

Ingatlah Selalu

 Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kerana kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.

 Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita dapat mendengarkan semuanya dari dua buah sisi. Untuk berupaya mengumpulkan pujian dan kritikan dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.
 Kita lahir dengan otak di dalam tengkorak kepala kita. Sehingga tidak peduli semiskin mana pun kita, kita tetap kaya. Kerana tidak akan ada seorang pun yang dapat mencuri otak kita, fikiran kita dan idea kita. Dan apa yang anda fikirkan dalam otak anda jauh lebih berharga daripada emas dan perhiasan.
 Kita lahir dengan 2 mata dan 2 telinga, tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Kerana mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya.
 Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh di dalam diri kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia.
 Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemui cinta yang jauh lebih indah.
Readmore Baby...

Aku Luka

Pagi ini aku masih menatap sekuntum mawar merah di sebuah taman dekat alun-alun kota. Pagi ini aku juga masih mencoba mengingat kembali kenangan bersamamu dulu, mengitari taman bunga, memetiknya, kemudian saling mengejar. Dua ekor kupu-kupu pun ikut berkejaran seakan menyindir tingkah laku kita di saat merajut benang asmara. Tapi itu dulu.

Entah mengapa. Pagi ini tiba-tiba aku ingin bertemu denganmu di taman ini. Sebuah taman yang telah banyak menyimpan cerita suka dan duka cinta kita. Sebuah taman yang mungkin juga merasakan duka ketika ia melihat kita duduk berdua di bangku ini, sedangkan hati kita tidak lagi menyatu.
"Berdosakah aku jika masih mengawali perkataanku dengan kata `sweetie`?", tanyaku. "Bukan masalah dosa tapi aku telah mencampakkanmu dan melukai hatimu dengan yang lain," jawabnya tanpa melihat ke arahku. "Aku tahu kamu bukan milikku lagi, kau telah mendapat kebahagiaan yang lain." "Apa maksudmu?" "Kau seorang manusia yang masih punya perasaan. Aku pun sama. Setiap orang tentu tidak pernah mengharapkan perasaannya terlukai. " "Cukup!" Aku tidak mau berbicara tentang perasaan. "Di antara kita tidak ada hubungan apa-apa. Kita memang sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita juga tidak punya hubungan kasih sayang . Tapi ada satu permintaan." ucapku.
"Ku mohon jaga cinta kalian". Dia menundukkan pandangannya. Aku tahu dia sedang menahan airmatanya agar tidak jatuh menyentuh bumi. Kedua kakinya bergerak ke kanan dan ke kiri. Seperti itulah gerak reflek yang aku ketahui ketika dia menahan air mata yang yang berusaha mengaliri pipinya.
"Maafkan aku jika aku telah mengajakmu bertemu di taman ini. Mungkin aku telah membuat sakit perasaanmu. Tapi ada maksud lain yang ingin ku harap darimu. Aku ingin orang yang aku sayang, kamu dan dia kekasihmu bisa bahagia." Aku menghentikan kata-kataku. Aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba aku pandai mengeluarkan kata-kata yang berhikmah seperti itu.
Seakan-akan aku sedang berhadapan dengan seorang agamawan yang alim dan pandai berkotbah. Hal itu aku lakukan bukan karena aku mengharap dia kembali ke pangkuanku untuk memadu cinta dan kasih sayang. Aku hanya ingin mereka yang aku sayang bahagia. "Pulanglah hari sudah menjelang siang." Dia pun melangkah pergi, langkahnya begitu lambat. Pandangannya menyisiri setiap jengkal tanah yang ia lewati. Padahal taman itu masih menyimpan aneka bunga dan kupu-kupu untuk di nikmati.
Dia, "that girl." Aku pernah mencintainya merajut kisah bersama. Tapi setelah ia mengenalku lebih dalam dan mengerti akan semua keadaanku, dia mulai pelan meninggalkanku, aku hanya mengelus dada dan memahami. "Aku tidak sanggup lagi memapah tubuhmu, membasuh keringat dinginmu waktu kamu sakit, membersihkan darah yang kadang mengalir di lukamu waktu kamu jatuh", itu terucap dari bibirku kala itu. Memang tubuhku lemah dan ringkih dan aku hidup sendiri tanpa siapapun.
"Aku bersamamu hanya karena aku sayang dan cinta pada dirimu, tapi aku mulai bosan dan lelah bersamamu" kata dia waktu dulu. Setelah alami banyak hal dan berbagi bersama, kata itu akhirnya mengalir. Kemudian dia melewati hari-harinya bersama kekasihnya. Aku lelaki walau hatiku remuk redam aku tetap bertahan. Dengan keadaanku yang seperti ini, aku memaklumi dia meninggalkanku. Dia pantas mendapatkan yang lebih dariku.
Aku hanya tubuh yang ringkih mencoba bertahan dengan tuntutan jaman yang semakin lama semakin menghunjam. Aku tidak akan pernah bisa memenuhi semua harapannya. Apa yang aku bisa banggakan saat ini untuk membahagiakan dia. Gak ada!!!!
Readmore Baby...

Lelaki Kecil Itu

Lelaki kecil itu, ya aku ingat, dia yang menyerobotku tadi ketika aku antri wudhu di musholla kecil kantor Jasa Marga Kebon Jeruk. Biasanya memang aku menyempatkan untuk shalat maghrib dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke rumahku di Tangerang. Maklum Jakarta selalu macet di hari kerja, terlebih lagi pada jam pulang kerja begini, jadi ini siasatku agar tetap bisa shalat maghrib tepat waktu dan berjamaah.

Bocah kecil umur sembilan tahunan itu sudah langsung mengikuti barisan jamaah sebelumnya, dia menjadi masbuk*. Aku mau langsung bergabung, namun karena ukuran musholla ini cukup mini, hanya cukup untuk empat shaf saja setiap kali shalat berjamaah, itupun satu shafnya hanya cukup untuk 5 orang.
" Kasihan juga kalau ada muslimah yang mau shalat berjamaah," gumamku melihat kondisi tempat ini.
Ah Jakarta, rupamu elok nian, gedung pencakar langit, mall besar, perkantoran mewah, namun untuk ibadah kadang kau hanya beri tempat "sisa". Hati ini hanya bisa miris.
Selesai shalat berjamaah, aku langsung pergi ke tempat menunggu bis seperti biasa. Ah, sebuah bus AC jurusan tempat tinggalku sudah datang, dan aku langsung naik tanpa menunggu komando lagi. Walaupun lelah, karena biasanya aku harus berdiri lagi, aku paksakan saja. Terekam jelas wajah Rasyid, anak pertama kami yang sudah menunggu ayahnya dan juga Bunda yang siap menjemput dengan seulas senyum tulus di wajahnya.
Benar saja, aku harus berdiri, namun sosok lelaki kecil itu kulihat lagi, yang kini menerobos barisan penumpang yang sedang berdiri membagikan amplop ? amplopnya. Masya Allah, dia seorang pengamen cilik.
Kudengar suara paraunya yang lemah ditemani dengan kecrekan bekas tutup botol yang dipipihkan melantunkan lagi-lagu milik band yang kini sedang digandrungi oleh anak muda, bahkan anak-anak. Wah, liriknya yang bercerita tentang cinta itu tidak cocok untuk usianya.
Apa daya, lantunannya pun tertutup oleh suara sound yang keluar dari tape deck milik bus ini yang distel cukup keras. Dan lagu yang diputar si pengemudi juga kebetulan adalah lagu-lagu milik band yang dilantunkan oleh pengamen cilik itu. Alhasil, kemungkinan besar dia kurang diperhatikan oleh penumpang yang sekedar ingin memberikan uang recehan kepadanya.
Ah, aku hanya bisa berkaca-kaca lagi seperti biasa. Terbayang satu, dua, tiga, bahkan jutaan bocah kecil yang harus menggadaikan masa belajar dan bermain mereka untuk bekerja di negeri tercinta ini.
" Ya, Allah, he could be my son, he could be my daughter, he could be everyone that I know..."
Bocah kecil itu bisa saja anak lelakiku, bisa saja anak perempuanku, bisa saja siapa saja yang aku kenal.
Sambil menyeka bulir-bulir kaca yang jatuh menggumpal dari mata ini, aku berdoa, " Kuatkan kami dalam mendidik anak-anak kami, Ya Rabb..,"
Readmore Baby...

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Readmore Baby...

Cinta dan Perkawinan Menurut Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)"
Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar / subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

Catatan - Kecil :
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
Readmore Baby...

Surat Cinta dari Manusia-Manusia yang Malamnya Penuh Cinta

“Lihatlah hari ini, sebab ia adalah kehidupan,kehidupan dari kehidupan. Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu. Nikmat pertumbuhan. Pekerjaan yg indah. Indahnya kemenangan. Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi. Dan esok hari hanyalah bayangan. Namun hari ini ketika anda hidup sempurna telah membuat hari kemarin sebagai impian yg indah. Setiap hari esok adalah bayangan yg penuh harapan. Maka lihatlah hari ini”. (Kalidasa)

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.
Wahai orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.
Wahai orang-orang yang terlena, Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.
Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?
Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, ” Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.” Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, ” Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan”. Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do’a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu’an. Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.
Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.
Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.
Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ? Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.
Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu’an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a : “Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.” Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.
Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!”. Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga…
Readmore Baby...

Belajar dari Mujahidah Senja

Jika gelap datang tiba-tiba Ketika kita telah begitu terbiasa dengan cahaya terang-benderang Sebijak apakah kita menyikapinya? Saya sebenarnya tidak terlalu mengenalnya dengan baik, ya… tidak sebelum dia benar-benar menginspirasi saya. Dia adalah kakak angkatan saya. Tidak banyak aktivitas bersama yang pernah kami kerjakan. Sekedar bahwa kami sama-sama kuliah di satu universitas, satu fakultas, satu jurusan, dan melibatkan diri di sebuah komunitas muslim fakultas, namun juga di bidang yang berbeda.

Sampai suatu hari saya dikejutkan dengan berita bahwa beliau mengalami sakit yang berefek terhadap penglihatannya. Di hari yang sama ketika saya mendengar berita seorang adik angkatan meninggal dunia, juga teman seangkatan saya yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan patah tulang kaki dan tangannya. Ya Allah, saya patut bersyukur dengan kecelakaan kecil yang saya alami sore harinya karena emosi saya benar-benar teraduk-aduk dengan berita-berita duka yang saya dengar sepanjang pagi hingga siang hari itu. Sayangnya, itupun tidak membuat saya menyegerakan diri silaturrahim ke kediamannya untuk menjenguk atau sekedar menghiburnya. Yah, terlalu banyak alasan-alasan tak bermutu untuk diungkapkan jika ditanya mengapa. Hingga suatu hari saya melihat keramaian di taman fakultas, ada seseorang yang sedang dikelilingi di sana. Saya mendekat, ingin tahu siapa orang yang dikelilingi. ternyata beliau, kakak angkatan saya itu. Subhanallah, ia tandai saya dengan suara tawa saya. Ketika itu saya berjanji untuk membacakannya sesuatu, karena dibacakan sesuatu (buku, majalah, atau buletin) telah menjadi aktivitas barunya pasca tidak lagi bisa melihat.
Namun lagi-lagi saya belum bisa menepati janji, hingga dua hari lalu saya berkesempatan melewati sore yang berbalur hujan dengannya. Saya bersyukur sore itu mengurungkan niat untuk kembali ke kos dan memilih mendekam sementara di sekretariat SKI. Ketika saya masuk ke sekretariat ternyata ada beliau di sana, duduk di sudut sekretariat. Posisi yang aman baginya. Canda-canda ringan tak lepas dari bibir beliau. Kepada seorang rekan beliau minta dibacakan edisi terbaru buletin mingguan SKI kami yang terbit hari itu. “Saya tak pernah melewatkan Embun”, katanya pada saya. Setelah rekan saya selesai membacakan Embun, saya minta izin membacakan dua buah tulisan untuknya, teringat janji yang belum saya tepati. Tulisan yang saya baca bukan hanya sekedar didengar, beliau senantiasa melontarkan sekedar komentar bahkan menganalisis jika pernyataan tulisan yang saya bacakan menarik begi beliau untuk dianalisis.
Tepat ketika saya selesai membacakan tulisan kedua, azan Ashar berkumandang. Saya mengajaknya berangkat shalat. Perjuangan beliau berjalan dari posisi duduknya menuju musholla, memakai sendal, mengambil wudhu, memperbaiki jilbabnya, memakai peralatan shalat, memosisikan diri untuk shalat, melipat kembali alat shalatnya setelah selesai shalat, berjalan kembali ke sekretarian SKI, sungguh menjadi pelajaran tersendiri bagi saya. Tak ada keluhan, bahkan beberapa kali beliau menolak untuk saya tuntun, sebisa mungkin beliau usahakan untuk mengerjakannya sendiri. Misalnya ketika saya hendak membantunya memperbaiki jilbab sehabis wudhu, awalnya ia menolak, meski kemudian ia izinkan saya membantunya karena baginya jilbabnya terasa tetap belum rapi.
“Di rumah kalau pakai jilbab dipakaikan siapa, Mbak?” tanya saya.
“Pakai sendiri dong” jawabnya tetap dengan senyum.
Begitupun ketika saya berusaha menuntunnya berjalan, ia menolak. “Nggak usah dipegangin, sendiri bisa kok” Ia lepaskan tangannya dari tangan saya dan berjalan sendirian, meski harus menyeret tapak kakinya untuk meraba undakan, bahkan tersandung sapu berkali-kali.
Selepas Ashar saya tak kuasa menepis keinginan untuk bertanya padanya, keinginan yang sejak lama saya urungkan karena khawatir pertanyaan saya akan menyakiti hatinya. Pertanyaan klise, pasti sudah banyak yang menanyakan, dan saya tak berani memastikan ia mau bercerita. Bisa jadi ia sudah bosan dengan pertanyaan itu-itu saja. Namun betapa stabilnya keadaannya dalam pandangan saya, membuat saya benar-benar ingin mengambil hikmah darinya. Siapakah yang siap mengalami kebutaan setelah hidup lebih dari dua puluh tahun dengan penglihatan normal?
“Saya juga manusia, sejak pagi sampai siang saya menangis. Wajar kan?”
Itulah jawabannya ketika saya tanya reaksi pertamanya begitu mengetahui bahwa ia telah benar-benar tidak bisa melihat. “Waktu itu saya baru bangun. Saya tanya ibu kenapa gelap semua. Beberapa waktu sebelumnya pernah terjadi hal yang sama, ternyata lampu kamar memang dimatikan. Tapi kini karena mata saya benar-benar tidak bisa melihat lagi.”
“Tapi kemudian saya saya sadar, tidak ada yang sia-sia dari semua ini, Allah ambil penglihatan saya karena Allah ingin menutup satu pintu zina untuk saya.” Subhanallah, itulah dia. Jawaban itu adalah kunci utama bagi reaksi-reaksinya yang menyusul kemudian atas apa yang ia alami. “Saya memang kehilangan satu, tapi saya dapat lebih banyak. Memori saya jadi lebih kuat, pendengaran saya jadi lebih tajam, hati saya jadi lebih peka.”
Sungguh benar, bukan apanya dari ujian yang dialaminya yang menjadi pemikiran tapi bagaimana ia menyikapi ujian itu yang memesona saya. “Optimis”, kata itulah yang saat ini ia patrikan dalam dirinya.
“Jika ALLAH mencintai seorang hamba, Dia mengujinya. Jika ia bersabar, maka ALLAH memilihnya, dan jika ia rela, maka ALLAH mengutamakannya di sisi-Nya.”
Readmore Baby...

Akhwat Sejati

Seorang gadis cilik bertanya pada Ayahnya

“Abi…ceritakan padaku tentang Akhwat Sejati”
Sang Ayah pun menoleh dan tersenyum seraya menjawab, “Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya. Akhwat Sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tapi dilihat dari sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya. Akhwat Sejati bukan dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari keikhlasan Ia memberikan kebaikan itu. Akhwat Sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Akhwat Sejati bukan dilihat dari keahlIannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.” . Sang Ayah terdIam sembari menatap putrinya
“Lantas apa lagi Abi…?”
“Ketahuilah putriku…. Akhwat Sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia berani mempertaruhkan kehormatannya. Akhwat Sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari kekhawatirannya yang mengundang orang jadi tergoda. Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujIan yang Ia jalani, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia menghadapi ujian itu dengan Syukur. Dan Ingatlah…!!! Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam bergaul. Setelah itu Sang anak kembali bertanya “Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu Abi…?” Sang Ayah memberikan sebuah buku dan berkata, “Pelajarilah mereka!!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihat sebuah tulisan “ISTRI PARA NABI”
Meski kita bukanlah salah satu dari Istri Nabi Tapi meneladaninya adalah sebuah bentuk kecintaan kita terhadap Allah SWT.
Readmore Baby...

“Bukan Sekedar Wanita Biasa”

“De’..cariin pendamping buat kakak yaa ?? Mas Rizal udah siap nikah nih !!”, begitu tulis e-mail Mas Rizal, kakakku yang kerja di Batam kepadaku, singkat dan jelas..tapi susah !!

Sebab, aku akhir-akhir ini ngerasa jengah banget dengan kriteria macem-macem dari kakakku. Susah juga punya kakak yang bujang lapuk banget seperti dia..abis usianya sudah bisa dikategorikan tua banget, 27 tahun. Memang, menurut dia belum tua banget, abis temen-temen kakak di Batam, sama juga seperti kakak, belum ada yang nikah di usia segitu..bujang lapuk, gitu aku menyebutnya.
Padahal banyak wanita, banyak akhwat yang siap menikah dan tak urung sering mendekatiku agar dikenalkan dengan kakakku. Apalagi didukung postur tubuh dan wajah imut kakakku, yang orang lain takkan menyangka bahwa usia kakakku sudah 27 tahun, kelihatannya sih masih 20 tahunan gitu… Aku sebenarnya mau sih nyariin Kakakku, tapi..dengan kriteria seabreg yang disodorkan kakak padaku, aku jadi nggak tega nyariin buatnya. Pernah kutanya kriteria minimalnya..”Mas, ada kriteria minimalnya nggak ??, coba kusentil dengan pertanyaan seperti itu..
Jawabnya, “Minimal mirip De’ Rani aja ya ?? Tapi sepuluh kriteria yang Mas Rizal sebutin tempo hari.. minimal harus ada !! Udah yaa..Mas banyak kerjaan nih, kalo bisa dalam satu - dua bulan ini Mas Rizal nggak nelfon-nelfon lagi, dan lebaran nanti pas Mas Rizal pulang, harus ada !!”, nada perintah kakakku terdengar mantap dan jelas, aku sampe terlongong didepan telpon. Tak sadar bahwa Mas Rizal sudah menutup telpon dan mengucapkan salam.
Kubaca lagi kriteria Mas Rizal dalam e-mail yang dikirimkan padaku dua bulan yang lalu. Aku bermaksud akan mencetak e-mail mas Rizal yang panjang tentang “Sepuluh kriteria Mas Rizal itu, diantaranya adalah : Agama dan akhlaknya bagus, Menguasai Fiqh Islam, Bisa sedikit bahasa Arab (minimal Bahasa Arab Pasif, untuk memahami Al Qur’an ) ; Berjilbab ; Sabar ; Cerdas / Smart ; Harus bisa masak, terutama makanan thoyyib dan halal, minimal makanan kesukaan kakak, Sayur Sop ; Mukanya selalu ceria dan bersinar cerah ; Putih ; Tinggi ; Langsing ; dan Menguasai Teknologi (Komputer / Internet), Psikologi, Manajemen. Trus kriteria lain : Kalo bisa matanya bening, dan jernih ; punya lesung pipit yang manis ; pipinya merah delima ; bibirnya merekah ; tubuhnya bersih (tak ada cela) ; bau badannya selalu wangi ; lehernya berjenjang ; mandiri (bisa menghasilkan uang sendiri) ; jari-jemarinya lentik ; dan bisa naek sepeda (sebab di Batam, kemana-mana musti naek sepeda !!) .. entar kalo ada yang kurang, Mas Rizal telfon ade’ lagi deh, ok ? Teman-teman ade’ khan banyak, cariin ya??” Aduuhh..aku sibuk mencari siapa yaa yang cocok untuk Mas Rizal dari kesemua teman wanitaku. Aku lelah, capek.. tanya ke Ustadzah dengan kriteria seabreg gitu..malu banget rasanya.. Mana ada wanita sesempurna seperti pilihannya.
Sepatah kalimat muncul di nokia mungilku, “De’, jangan patah semangat yaa..cariin yang terbaik untuk Mas Rizal !!”. Mas Rizal, lagi-lagi dengan sikapnya yang misterius terus mendesakku.. apakah mas Rizal bener-bener siap dengan segala kriteria yang diajukannya ?? Aku sungguh tak mengerti !! Lekas kubalas SMS singkat pula, “Mas Rizal, kalo bisa minta tolong Ustadz - ustadz Mas Rizal sendiri di Batam, yaa..?? Jangan tunggu calon dari ade’..SUSAH !!”. Terus terang, kadang aku minder banget dengan kriteria mas Rizal yang bejibun banyaknya, aku saja tak memenuhi kriterianya. Pusiiiingg !!! Ya Robb, tunjukkan hidayah bagi mas Rizal !! Itu calon Mas Rizal, kakakku satu-satunya, bagaimana juga dengan calon para Ikhwan di luar sana ?? Deuuy..tahu begini aku tak menyuruh Mas Rizal cepat-cepat nikah !! Anganku melayang kemana-mana, sebab memang aku yang mendesak Mas Rizal nikah, karena usiaku yang tak terpaut jauh darinya pun ingin segera menggenapkan setengah Dien juga. Tapi dengan permintaan Mas Rizal dan harus secepat ini ?? Tak tahulah aku !! Malam ba’da Qiyamul Lail, aku sengaja menyeleksi beberapa orang wanita atau akhwat kenalanku yang sekiranya memenuhi persyaratan ideal Mas Rizal yang kesepuluh. Pertama Si Fitri, “Semuanya cocok, tapi..ups.. dia agak tulalit orangnya, dan satu lagi ia suka latah kalo kaget, aku menggumam sendirian. Si Wati, Nita, Via, Risa..Ahh… capek.. tak ada yang memenuhi syarat kesepuluh dari Mas !! *******************************************

“Tiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt…”, terkaget aku mendengar suara jam beker memekakkan telingaku..sudah hampir subuh.. Ahh, aku ketiduran semaleman ditemani biodata teman-temanku. Bersijingkat aku dari tempat tidur, segera mengambil air wudlu.. “Alhamdulillah..”, segar pagi itu terasa sangat menyejukkan hatiku. Hampir jam tujuh pagi, sebelum menyiapkan diri untuk berangkat mengajar di sebuah SMU, aku mencari-cari catatan kriteria Mas Rizal yang kemarin sudah kucetak. Kurang sebulan lagi sudah lebaran, aku harus berusaha keras mencari data akhwat ke teman-temanku yang lain, rencanaku sepulang dari mengajar nanti. Kusimpan baik-baik alamat beberapa teman SMU, teman kuliahku dulu, agar nanti tak kerepotan aku mencari sendiri. Aku akan minta tolong mereka juga. Ikhtiarku..
“Kring..kring..”, telfon di dekatku langsung kusambar, “Assalammu’alaikum..”, terdengar sahut salam di seberang sana, “Ini De’Rani, yaa ?? De’..ini Mas Rizal.. gimana khabarnya ?? ‘Afwan, Mas Rizal sengaja telfon pagi-pagi gini. Tadi ada acara di rumah Ustadz Mas Rizal, jadi sekalian Mas Rizal telfon ade’, pengen tahu perkembangan pencarian buat mas Rizal, yang memenuhi kriteria ada nggak ?”, intonasi suara Mas Rizal terdengar mantap dan agak riang. “Belum Mas !! ‘Afwan yaa..Ade’ ndak punya temen seperti kriteria Mas Rizal !!”, suaraku mantap. “Ya udah deh, nggak usah repot-repot..Mas Rizal nggak mau ngerepotin ade’ !”.
“Bener nih ?? Ntar ade’ nggak jadi nikah dong Mas ?? Sebab, Ibunda bilang kalo Ade’ pengen nikah, musti nunggu Mas Rizal nikah dulu, lagipula ade’ nggak mau duluan dari Mas Rizal nikahnya ??”, aku mencoba beri pengertian pada Mas Rizal. Sebab Ibundaku mulai khawatir aku menjadi perawan tua, nggak laku kawin gara-gara nunggu mas Rizal nikah.
“De’, makanya ade’ nggak usah repot-repot nyeleksi akhwat untuk Mas Rizal. Insya Allah, ada khabar baik dari Ustadz Mas Rizal….”. terdiam lama mas Rizal. “Halo..mas Rizal masih disitu ?? Khabar baik apaan mas ??”, ucapku bersemangat.
“Insya Allah, permata dunia seperti kriteria Mas Rizal sudah tersedia. Dan tadi Mas Rizal udah ta’aruf dengan akhwat itu, jadi ..Mas minta Ade’ kasih tahu sama Ibunda dan Ayah, kalo dalam waktu dekat Mas mau mengkhitbah akhwat pilihan Mas Rizal, sekaligus mohon restu, agar pernikahan Mas Rizal akan diadakan secepatnya di Batam - rumah akhwat calon Mas, kalo di Jakarta, rumah kita, Mas Rizal mau aja, tapi bilang ama Keluarga, Mas Rizal mau secara sederhana saja, sebab waktu cuti kerja buat Mas Rizal cuma seminggu. Kalo Ade’ dan keluarga pengen ikut ke Batam, biayanya Mas Rizal transfer aja ke rekening ade’ dalam waktu dekat.. kasih tahu Mas Rizal yaa..?? gimana ??”.
Aku hanya bisa terpana mendengar tuturan panjang Mas Rizal, jadi..jodoh Mas Rizal sudah ada ?? “Subhanallah.. Barakallah.. Alhamdulillah, ade’ nggak repot-repot nyariin buat Mas Rizal. Mungkin, cuma Ibu ama Bapak, dan Ade’ aja yang ikut, yaa ? Keluarga besar kita ndak ikut ke Batam ?? Trus kesana pake’ uang ade’ dulu aja, entar kalo mas Rizal abis nikah, mas Rizal ganti yaa ??”, ucapku merajuk
“Ya, udah dech De’..By The Way..kriteria Abang yang kemaren itu, semuanya sudah dimiliki oleh Akhwat, calon istri pilihan Abang. Mas Rizal harap Ade’ dan keluarga nggak kaget yaa entar kalo melihat akhwat tersebut !! Ok ?? Eh, udah dulu yaa.. pulsanya jalan terus nih, entar keburu abis pulsa HP Mas Rizal..udah yaa ? Wassalammu’alaykum Wr.Wb”.
Kuletakkan gagang telfon setelah mengucapkan salam. Khabar baik dari Mas Rizal telah menemukan apa yang selama ini dicarinya, akhwat pilihan Mas Rizal, entah sempurna seperti apakah pilihan Mas Rizal, kriteria yang bejibun banyaknya yang membuatku minder, mudah-mudahan wanita, akhwat pilihan mas Rizal memang paket special dari Allah untuk mas Rizalku yang cakepnya juga diatas rata-rata..
Sujud Syukur segera kutunaikan, karena tak perlu hari ini aku berpayah-payah mencari ke beberapa temanku untuk mencari wanita spesial buat mas Rizal, karena toh akhwat itu ternyata tak jauh dari tempat Mas Rizal bekerja di Batam.
**************************************

Rombongan Mas Rizal, aku, kedua orangtuaku, dan Ustadz Mas Rizal serta beberapa dari teman ikhwan Mas Rizal mendampingi Mas Rizal di hari resepsi pernikahan yang lumayan sederhana. Aku dan pihak keluarga masih belum dikenalkan oleh calon Istri Mas Rizal. Mas Rizal belum mengijinkan, sebab itu surprais dan kejutan manis buat kami sekeluarga.
Aku masih berada di belakang mas Rizal, ketika akad nikah berlangsung, akhwat-calon istri Mas Rizal masih di dalam kamar pengantinnya. Setelah resmi akad nikah dilakukan dan kedua calon mempelai dipertemukan serta melakukan sholat sunnah. Tibalah aku dipertemukan dengan istri Mas Rizal yang ternyata.. Subhanallah..Allahu akbar..
Berdegup jantungku, melihat Mas Rizal memanggilku dan kedua orangtuaku…”De’, sini deket ama Mas Rizal, sama Ibu dan Bapak yaa..Mas Rizal mau kenalin nih ama Istri Mas tercinta”, ucap Mas Rizal sambil berkedip kearah istrinya yang saat itu menggunakan gaun putih pengantin, sementara Mas Rizal mengenakan jas, serasi dengan gaun istrinya.
“Mbak Izzah. De’ Rani..udah kenal ama Mbak khan di Jakarta ??”, suara lembut wanita itu singgah ke otakku. Allahu Robbi..Aku tak percaya melihat sosok wanita dihadapanku..sosok akhwat mulia yang menjadi pendamping Mas Rizal..Allahu Akbar..kiranya inilah bidadari sempurna yang diberikan Allah pada Mas Rizal di dunia, dan lidahku kelu tak bisa berkata apa-apa untuk mengungkapkan semua yang muncul sekilas dihatiku dan ingin segera kukatakan pada Mas Rizal. Tiba-tiba..dari sudut mataku, aku menangis terharu.. bahkan kedua orang tuaku pun demikian, tak percaya dengan wanita pilihan Mas Rizal..yang bukan hanya sempurna, tapi memang bukan sekedar wanita biasa.. Kami telah mengenal wanita itu sejak lama.. Subhanallah..
****************************************

Yup..Wanita atau Akhwat Spesial pilihan Mas Rizal, adalah seorang Janda (istri dari salah satu ikhwan yang telah meninggal dalam usahanya berdakwah di Ambon, menegakkan Ad Dien), usianya pun sudah hampir 32 tahun, anak Beliau sudah empat, mirip ketika Nabi SAW menikahi Ibunda Khadijah r.a..yang hingga akhir hayatnya setia mendampingi Rasulullah SAW.
Alhamdulillah..agaknya kedua orangtuaku pun setuju dengan pilihan Mas Rizal, karena sejak dulu Ibundaku sangat menghormati Mbak Izzah Syifana, istri Mas Rizal, bahkan ingin segera menjodohkan Mas Rizal dengan Beliau meski statusnya sudah menjanda. Tetapi Mbak Izzah terlanjur pindah mengikuti kehendak kakaknya yang Ustadz juga di Batam. Tak tahunya..jodoh memang tak kemana, di Batam pula akhirnya Beliau dipertemukan dengan Mas Rizal, Kakakku tercinta. Baru aku tahu, kenapa banyak kriteria yang Mas Rizal ajukan, sebab Mas Rizal memang orang yang spesial, sehingga berbesar hati dan berlapang dada menerima akhwat yang terlampau lebih spesial dari kriteria Mas Rizal sendiri !! Semoga Barakah dan limpahan rahmat senantiasa menyertainya..Amin. Dalam e-mail Mas Rizal, dua bulan sejak resepsi sederhana diJakarta, rumah kami sekeluarga, Mas Rizal baru menerangkan kenapa banyak sekali kriteria yang diajukan Mas Rizal kepadaku, sebab hampir-hampir saat ini memang tak ada akhwat sejenis itu di Jakarta, kecuali akhwat produk jaman kuliah Mas Rizal, yang memang aku mengakui sangat bagus ghirah atau semangatnya dalam berdakwah.
Teman-temanku yang pernah memendam hati pada Mas Rizal serentak ‘agak’ kecewa, setelah kusampaikan kabar terbaik tentang pernikahan Mas Rizal, karena Mas Rizal perfect banget orangnya.
Lantas, Mas Rizal menuturkan kembali, tentang kriterianya satu persatu : “De’ Rani, tahu ngga’ kenapa harus banyak kriteria untuk istri Mas ? Mas Rizal ingin ade’ seperti Mbak Izzah, istri Ms untuk meningkatkan kualitas pribadi ade’, diantarannya ialah : Agama dan akhlak ade’ musti bagus, Menguasai Fiqh Islam, Bisa sedikit bahasa Arab (minimal Bahasa Arab Pasif, untuk memahami Al Qur’an) : Mas Rizal pun hingga kini belajar capai semua dengan susah payah, sampai menunda nikah di usia yang ke-27, sebab lelaki yang jadi Qowwam / pemimpin dalam keluarganya dan ketika di rumah, sang Istri wajib kiranya mengajari hafalan Qur’an pada jundi - jundiyahnya..
Berjilbab : karena ia sering membersihkan / mengeramasi *RAMBUT*nya dengan *JILBAB* yang akan menghilangkan *KETOMBE* dari pandangan lelaki yang belum tentu menjadi *JODOH* nya ! Sudah jelas khan De’ kriteria seperti ini ?? Yang pasti Akhwat dong De’..:).. Istri Mas musti Sabar dan tahan bantingan : he..he.. maksud Mas Rizal, sabar saat suka dan duka .. mendampingi Mas Rizal yang kurang sabar..he.. he.. ketahuan yaa De’..tapi hingga saat ini, Mas Rizal belajar sabar dari..Mbak Izzah !
Cerdas / Smart : Ini perlu, untuk kelanjutan visi dakwah Mas Rizal, menegakkan Islam di Bumi Allah dan bisa mengambil kebijakan ketika Mas Rizal mengalami kesulitan..Amin..
Harus bisa masak, terutama makanan yang thoyyib dan halal, minimal makanan kesukaan kakak, Sayur Sop : Ups..yang satu ini musti De’, tapi jangan diketawain yaa, sebab apa gunanya bisa masak doang, tapi nggak taunya ada yang haram dalam bumbu atau gak bergizi tuk perkembangan jundinya kelak..:).. Mukanya selalu ceria dan bersinar cerah : Maksud Abang, Akhwat tersebut harus selalu berhias dan pake’ bedak di *WAJAH*nya dengan *AIR WUDLU*, niscaya akan bercahaya diakhirat, dan menyejukkan pandangan Abang, ketika melihat muka Beliau sepulang Abang dari kerja..
Putih : Seputih ruhani dan hatinya akibat sering Sholat Sunnah di malam hari, hingga hatinya senantiasa bebas dari penyakit hati, seperti dengki, iri, hasutan, dan lainnya, ade’ pasti tahu mengenai hal ini..
Tinggi : Sebab ia selalu memasang *SEPATU JIHAD* pada *KEDUA KAKI*nya untuk menegakkan Kebenaran dan Keadilan di bumi ?, bukan untuk membuatnya Tinggi hati / sombong !!
Langsing : dengan tubuhnya yang langsing ia mampu QANAAH dalam mengarungi bahtera rumah tangga kami kelak, ini diperlukan, agar ia mampu Zuhud, berkecukupan dengan ma’isyah atau penghasilan dari Mas, baik sedikit maupun banyak, sehingga dan satu lagi..ia biasa Shoum / Puasa sunnah..Alhamdulillah, yang pasti ade’ juga donk !!
Menguasai Teknologi (Komputer / Internet), Psikologi, Manajemen : Untuk mendidik jundi-jundiyah Mas Rizal kelak, agar mampu berkiprah di tengah masyarakat dan mengahadapi tantangan jaman..
Kalo bisa matanya bening, dan jernih : Akhwat tersebut mampu menjadikan *GHADDUL BASHOR* (Menundukkan Pandangan) sebagai *HIASAN KEDUA MATA*nya, niscaya makin bening dan jernih.
Punya lesung pipit yang manis : sebab ia selalu merawat *LESUNG PIPIT*nya dengan *MASKER SENYUMAN*, niscaya dihadapan Mas Rizal senyum-nya akan semakin berseri-seri menawan hati..ehm
Pipinya berwarna merah delima : Ia harus menggunakan *PEMERAH PIPI* pada pipinya dengan Kosmetika *RASA MALU* yang dijual di *SALON IMAN*, agar ia terlihat anggun di depan Mas Rizal..
Bibirnya merekah : karena setiap berhias, ia senantiasa mengoleskan *LIPSTIK KEJUJURAN* pada *BIBIR* nya, niscaya akan semakin indah. Tubuhnya bersih (tak ada cela) => sebab ia senantiasa membaluti *TUBUH*nya dengan *PAKAIAN TAQWA*, niscaya ia makin bersahaja, begitu juga dengan telinganya yang selalu dipakaikan *GIWANG MUSTAMI’ (PENDENGAR)*, agar selalu taat dan patuh kepada ? dan Rasul-Nya, serta nurut pada suami tentunya..yaa De’ ??
Bau badannya selalu wangi : sebab ia selalu memakai *SABUN ISTIGHFAR* untuk meng-hilangkan semua dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Lehernya berjenjang : Tak lupa ia selalu mengenakan *KALUNG ‘IFFAH (KESUCIAN)* di*LEHER* jenjangnya, niscaya akan semakin berkilauan. Jari-jemarinya lentik : karena ia menghiasi *KEDUA TANGAN*nya dengan *GELANG TAWADHU’ (RENDAH HATI)*, niscaya orang akan kagum padanya dan memberi *JARI-JARI LENTIK*nya dengan *CINCIN UKHUWAH Islamiyah* (persaudaraan di Jalan Allah - ?), niscaya ia makin disayang banyak orang, terutama Mas Rizal..:)..
Mandiri (bisa menghasilkan uang sendiri) : agar ketika Mas Rizal di PHK atau nggak kerja lagi atau berangkat Jihad atau Dakwah, Beliau - Istri Abang mampu memberi asap untuk dapurnya.. Lagi pula, Mas Rizal rencananya pengen Poligami..ups.. of the record deh ! Tunggu Bulan Madu yang belum selesai..dan nunggu Mas Rizal punya rumah mewah, mobil de el el..eh mungkin ndak yaa De’ ?? J
Dan bisa naek sepeda : yang ini nih belajar tirakat juga, abis kalo di Batam, kemana-mana musti naek sepeda, Mas Rizal kan belum bisa beli Motor / Mobil sendiri !! Biaya hidup di Batam mahal..dua kali lipat di Jakarta De’..jadi musti hemat !! Di Akhir e-mailnya yang terlampau panjang, Mas Rizal menuliskan kata-kata : “Kalo kita berkualitas dan spesial di hadapan Allah, niscaya jodoh yang akan datang kepada kita pun demikian seperti halnya kita”.
***************************************

EPILOG : Allahu Akbar..begitu panjang penjelasan kriteria Abang, yang aku sendiri belum bisa mencapainya hingga saat ini.., aku tak tahu sejak kapan mas Rizal memperoleh kriteria yang Subhanallah, tak sanggup aku menjadi wanita sempurna seperti makna yang ada didalamnya, tapi aku tetap bertekad untuk belajar membaiki semuanya seperti apa yang diinginkan Mas Rizal..kakakku sayang.
No body’s perfect !! Kini, diusiaku yang ke-24 tahun, saat nikah itupun tiba.dan telah hadir pendamping disisiku.. kriterianya pun tak jauh seperti Mas Rizal..Beliau seusia Mas Rizal, 27 tahun.
Beliau tidak seperti kebanyakan lelaki biasa, bukan sekedar ikhwan biasa, Beliau teramat spesial yang dihadirkan Allah untukku. Namanya Bang Arif, begitu aku memanggilnya.. Bang Arif sudah beristri.. dan aku sudah mempercayakan biduk rumah tanggaku padanya.. tuk bersedia Poligami.. Selama ini hubunganku dengan mbak Aisyah, istri Bang Arif pun baik-baik saja, dan hingga kini pun ada perasaan rughbah (kesenangan) diantara kami berdua. Dari beliau, Mbak Aisyah juga aku bisa belajar menjadi wanita sholehah idaman ikhwan..eh maksudku ..idaman Insan !! Karena dari tangan-tangan wanita Sholehah akan terlahir mujahid-mujahidah dakwah baru yang akan menegakkan Islam di Bumi Allah..
Disamping itu, kami..Aku, Mbak Aisyah dan Bang Arif tak pernah henti untuk saling memotivasi.. Allahu Akbar..!! [28082002..saat detik-detik "Mati" seakan tertatih dan kerap menghampiri..Ya Robbi.. sabarkan aku meniti panjangnya jalan dakwah ini.. Amin !!]
Readmore Baby...

Zum Zum Water

Come the Haj season, and I am reminded of the wonders of Zum Zum water. Let me go back to how it all started. In 1971, a doctor wrote to the European Press, a letter saying that Zum Zum water was not fit for drinking purposes. I mmediately thought that this was just a form of prejudice against the Muslims and that since his statement was based on the assumption that since the Ka'aba was a shallow place (below sea level) and located in the center of the city of Makkah, the wastewater of the city collecting through the drains fell into well holding the water.

Fortunately, the news came to King Faisal's ears who got extremely angry and decided to disprove the doctor's provocative statement. He immediately ordered the Ministry of Agriculture and Water Resources to investigate and send samples of Zum Zum water to European laboratories for testing the potability of the water. The ministry then instructed the Jeddah Power and Desalination Plants to carry out this task. It was here that I was employed as a desalting engineer (chemical engineer to produce drinking water from seawater).
I was chosen to carry out this assignment. At this stage, I Remember that I had no idea what the well holding the water looked like. I went to Makkah and reported to the authorities at the Ka'aba explaining my purpose of visit. They deputed a man to give me what ever help was required. When we reached the well, it was hard for me to believe that a pool of water, more like a small pond, about 18 by 14 feet, or 6 x 4.5 meters was the well that supplied millions of gallons of water every year to Hajjis and millions of gallons to visitors since it came into existence at The time of Hazrat Ibrahim A.S., many, many centuries ago.
I started my investigations and took the dimensions of the well. I asked the man to show me the depth of the well. First he took a shower and descended into the water. Then he straightened his body. I saw that the water level came up to just above his shoulders. His height was around five feet, eight inches. He then started moving from one corner to the other in the well (standing all the while since he was not allowed to dip his head into the water) in search of any inlet or pipeline inside the well to see from where the water came in. However, the man reported that he could not find any inlet or pipeline inside the well. I thought of another idea. The water could be withdrawn rapidly with the help of a big transfer pump which was installed at the well for the Zum Zum water storage tanks. In this way, the water level would drop enabling us to locate the point of entry of the water. Surprisingly, nothing was observed during the pumping period, but I knew that this was the only method by which you could find the entrance of the water to the well. So I decided to repeat the process. But this time I instructed the man to stand still at one place and carefully observe any unusual thing happening inside the well. After a while, he suddenly raised his hands and shouted, "Alhamdollillah! I have found it. The sand is dancing beneath my feet as the water oozes out of the bed of the well." Then he moved around the well during the pumping period and noticed the same phenomenon everywhere in the well. Actually the flow of water into the well through the bed was equal at every point, thus keeping the level of the water steady. After I finished my observations I took the samples of the water for European laboratories to test.
Before I left the Ka'aba, I asked the authorities about the other wells around Makkah. I was told that these wells were mostly dry.
When I reached my office in Jeddah I reported my findings to my boss who listened with great interest but made a very irrational comment that the Zum Zum well could be internally connected to the Red Sea. How was it possible when Makkah is about 75 kilometers away from the sea and the wells located before the city usually remains dry? The results of the water samples tested by the European laboratories and the one we analyzed in our own laboratory were found to be almost identical.
The difference between Zum Zum water and other water (city water) was in the quantity of calcium and magnesium salts. The content of these was slightly higher in Zum Zum water. This may be why this water refreshes tired Hajis, but more significantly, the water contains fluorides that have an effective germicidal action. Moreover, the remarks of the European laboratories showed that the water was fit for drinking.
Hence the statement made by the doctor was proved false. When this was reported to King Faisal he was extremely pleased and ordered the contradiction of the report in the European Press. In a way, it was a blessing that this study was undertaken to show the chemical composition of the water. In fact, the more you explore, the more wonders surface and you find yourself believing implicitly in the miracles of this water that God bestowed as a gift on the faithful coming from far and wide to the desert land for pilgrimage.
Let me sum up some of the features of Zum Zum water.
1. This well has never dried up. On the contrary it has always fulfilled the demand for water.
2. It has always maintained the same salt composition and taste ever since it came into existence. Its potability has always been universally recognized as pilgrims from all over the world visit Ka'aba every year for Haj and Umrah, but have never complained about it. Instead, they have always enjoyed the water that refreshes them.
3. Water tastes different at different places. Zum Zum water's appeal has always been universal.
4. This water has never been chemically treated or chlorinated, as is the case with water pumped into the cities. Biological growth and vegetation usually takes place in most wells. This makes the water unpalatable owing to the growth of algae causing taste and odor problems. But in the case of the Zum Zum water well, there wasn't any sign of biological growth.
Centuries ago, Bibi Hajra A.S. searched desperately for water in the hills of Safa and Marwa to give to her newly born son Hazrat Ismail A.S. As she ran from one place to another in search of water, her child rubbed his feet against the sand. A pool of water surfaced, and by the grace of Allah, shaped itself into a well which came to be called Zum Zum water.
Readmore Baby...