Jumat, April 24, 2009

Aku Luka

Pagi ini aku masih menatap sekuntum mawar merah di sebuah taman dekat alun-alun kota. Pagi ini aku juga masih mencoba mengingat kembali kenangan bersamamu dulu, mengitari taman bunga, memetiknya, kemudian saling mengejar. Dua ekor kupu-kupu pun ikut berkejaran seakan menyindir tingkah laku kita di saat merajut benang asmara. Tapi itu dulu.

Entah mengapa. Pagi ini tiba-tiba aku ingin bertemu denganmu di taman ini. Sebuah taman yang telah banyak menyimpan cerita suka dan duka cinta kita. Sebuah taman yang mungkin juga merasakan duka ketika ia melihat kita duduk berdua di bangku ini, sedangkan hati kita tidak lagi menyatu.
"Berdosakah aku jika masih mengawali perkataanku dengan kata `sweetie`?", tanyaku. "Bukan masalah dosa tapi aku telah mencampakkanmu dan melukai hatimu dengan yang lain," jawabnya tanpa melihat ke arahku. "Aku tahu kamu bukan milikku lagi, kau telah mendapat kebahagiaan yang lain." "Apa maksudmu?" "Kau seorang manusia yang masih punya perasaan. Aku pun sama. Setiap orang tentu tidak pernah mengharapkan perasaannya terlukai. " "Cukup!" Aku tidak mau berbicara tentang perasaan. "Di antara kita tidak ada hubungan apa-apa. Kita memang sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita juga tidak punya hubungan kasih sayang . Tapi ada satu permintaan." ucapku.
"Ku mohon jaga cinta kalian". Dia menundukkan pandangannya. Aku tahu dia sedang menahan airmatanya agar tidak jatuh menyentuh bumi. Kedua kakinya bergerak ke kanan dan ke kiri. Seperti itulah gerak reflek yang aku ketahui ketika dia menahan air mata yang yang berusaha mengaliri pipinya.
"Maafkan aku jika aku telah mengajakmu bertemu di taman ini. Mungkin aku telah membuat sakit perasaanmu. Tapi ada maksud lain yang ingin ku harap darimu. Aku ingin orang yang aku sayang, kamu dan dia kekasihmu bisa bahagia." Aku menghentikan kata-kataku. Aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba aku pandai mengeluarkan kata-kata yang berhikmah seperti itu.
Seakan-akan aku sedang berhadapan dengan seorang agamawan yang alim dan pandai berkotbah. Hal itu aku lakukan bukan karena aku mengharap dia kembali ke pangkuanku untuk memadu cinta dan kasih sayang. Aku hanya ingin mereka yang aku sayang bahagia. "Pulanglah hari sudah menjelang siang." Dia pun melangkah pergi, langkahnya begitu lambat. Pandangannya menyisiri setiap jengkal tanah yang ia lewati. Padahal taman itu masih menyimpan aneka bunga dan kupu-kupu untuk di nikmati.
Dia, "that girl." Aku pernah mencintainya merajut kisah bersama. Tapi setelah ia mengenalku lebih dalam dan mengerti akan semua keadaanku, dia mulai pelan meninggalkanku, aku hanya mengelus dada dan memahami. "Aku tidak sanggup lagi memapah tubuhmu, membasuh keringat dinginmu waktu kamu sakit, membersihkan darah yang kadang mengalir di lukamu waktu kamu jatuh", itu terucap dari bibirku kala itu. Memang tubuhku lemah dan ringkih dan aku hidup sendiri tanpa siapapun.
"Aku bersamamu hanya karena aku sayang dan cinta pada dirimu, tapi aku mulai bosan dan lelah bersamamu" kata dia waktu dulu. Setelah alami banyak hal dan berbagi bersama, kata itu akhirnya mengalir. Kemudian dia melewati hari-harinya bersama kekasihnya. Aku lelaki walau hatiku remuk redam aku tetap bertahan. Dengan keadaanku yang seperti ini, aku memaklumi dia meninggalkanku. Dia pantas mendapatkan yang lebih dariku.
Aku hanya tubuh yang ringkih mencoba bertahan dengan tuntutan jaman yang semakin lama semakin menghunjam. Aku tidak akan pernah bisa memenuhi semua harapannya. Apa yang aku bisa banggakan saat ini untuk membahagiakan dia. Gak ada!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar