Rabu, Juli 29, 2009

Membangun Visi Rumah Tangga Muslim

Hari Sabtu 18 Juli 2009 kemarin aku jalan2 ma temanku di perumahan migas Cepu. Melihat banyak rumah dan melihat keinginan temanku untuk memiliki sebidang tanah dan membangun sebuah rumah yang indah tulisan ini terinspirasi dari perjalanan kami berdua siang itu. Thanks friend, I really have a good time that day.
Begini, ibarat sebuah perusahan, rumah juga memerlukan visi. Visi merupakan impian yang ingin diwujudkan bersama lewat sebuah perkawinan. Oleh sebab itu, setiap pasangan yang ingin menikah layak bertanya, rumah model yang bagaimana yang kelak akan dibangunnya.

Tetapi perlu diingat, rumah yang dimaksud di sini bukanlah rumah fisik yang bahannya terdiri dari batu, pasir, semen dan kayu. Bukan pula rumah dengan tipe tertentu yang berada disebuah perumahan elit. Rumah yang dimaksud adalah rumah non fisik tempat bersemayamnya jiwa.
Setidaknya meminjam klasifikasi yang dituliskan Reza M Sharif di dalam bukunya, life excellent, kita bisa merumuskan tujuh model rumah yang layak kita pertimbangkan. Dengan memahami tujuh model ini, bagi yang telah menikah, mereka dapat mengevaluasi model rumah yang terbangun selama ini. Sedangkan yang baru menikah, mereka dapat merumuskan dan memimpikan model rumah yang terbaik.
1. Model Hotel.
Mungkin kita termasuk orang yang pernah menginap di hotel atau paling tidak pernah beracara di sebuah hotel. Apa kesan yang kita peroleh ketika berada di hotel. Dengan mudah kita akan katakan bahwa hotel adalah tempat transit, tempat bermalam, tempat istirahat sejenak. Jadi hotel tidak lebih sebagai tempat tidur, makan dan buang air. Rumah model hotel adalah rumah tangga yang menjalankan fungsi-fungsi hotel. Rumah yang hanya berfungsi sebagai tempat transit, makan dan istirahat. Suami-istri sejak pagi sudah pergi meninggalkan rumahnya, demikian juga dengan anak-anaknya. Pada malam hari mereka kembali ke rumah. Namun semuanya dalam kondisi yang sedang letih. Akhirnya mereka pergi ke tempat tidur dan masing-masing sibuk dengan mimpinya. Suami-istri tertidur pulas demikian juga dengan anak-anaknya. Besok hari mereka kembali bertemu sesaat di meja makan, itupun kalau sempat sarapan. Setelah itu mereka kembali menjalankan aktivitasnya masing-masing. Demikianlah peristiwa ini selalu berulang setiap hari.
2. Model Rumah Sakit.
Tentu tidak ada yang tidak kenal rumah sakit. Di dalamnya ada orang yang sakit dan dokter yang merawatnya. Hubungan yang terbangun adalah hubungan balas jasa. Pasien memerlukan dokter untuk merawat dirinya, sebaliknya dokter juga memerlukan pasien. Dokter akan memberikan pelayanan jasanya dan sebagai balasan pasien akan membayar sang dokter. Keburukan model rumah sakit lainnya adalah tempat tersebut akan berfungsi jika ada yang sakit. Sebaliknya jika tidak ada yang sakit, maka rumah sakit tersebut akan sunyi. Demikian juga sebuah rumah tangga akan berfungsi jika salah satunya sakit. Ketika suami sakit, maka istrinya berfungsi sebagai dokter sekaligus perawat.
3. Model Pajak atau Pasar.
Siapapun tidak menolak jika pajak adalah sebuah tempat yang paling ribut. Semuanya bicara seolah tidak ada yang memerankan diri sebagai pendengar. Tukang kain selalu menawarkan dagangannya kepada orang yang lalu lalang. Demikian juga penjual sepatu, penjual sayur, penjaja makanan, termasuk pedagang kaki lima. Semuanya pengen didengar dan tidak ada yang mau mendengar. Selanjutnya ketika terjadi interaksi antara penjual dan pembeli, maka berlaku hukum "pokok". Rumah Tangga model pajak adalah rumah yang masing-masing pihak ingin selalu berbicara, ingin selalu didengar dan tidak mau untuk mendengar. Sang suami selalu ingin didengar demikian juga si istri juga merasa berhak untuk selalu didengar. Ketika keduanya berbicara atau bermusyawarah masing-masing bertahan pada pendapatnya. Semuanya ingin dimengerti dan dipahami dan tidak mencoba untuk mendengar dan memahami pasangannya. Akhirnya terjadilah pemaksaan kehendak. Padahal Rumah Tangga merupakan ruang yang paling baik untuk belajar bernegoisasi dan saling tawar.
4. Model Ring Tinju.
Pasti kita semua pernah menyaksikan pertandingan tinju. Keduanya berada dalam suatu ruang namun tidak pernah berada pada sudut yang sama. Sebaliknya mereka berada pada sudut yang saling berhadapan. Rumah tangga model ring tinju adalah cermin kehidupan suami istri yang berada dalam satu rumah, satu kamar, namun tidak pernah sama. Rumah model ring tinju akan selalu diwarnai dengan pertengkaran yang seolah tidak pernah berakhir. Mulai dari hal yang sepele, urusan-urusan kecil seperti siapa yang memeriksa kunci pintu dan jendela rumah sampai masalah besar seperti sekolah, pekerjaan dan pasangan anak-anaknya, selalu saja berbeda.
5. Model Kuburan.
Rumah model kuburan adalah rumah yang di dalamnya tidak ada komunikasi. Antara suami dan istri juga anak-anak lebih banyak menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat. Kalaupun mereka berbicara biasanya hanya sepatah dua patah kata. Itupun pada hal-hal yang perlu saja. Rumah seperti ini adalah rumah yang kering dan gersang, walaupun bisa jadi disekelilingnya banyak pohon-pohonan yang seharusnya membuat suasana sejuk.

Rumah Ideal
Setelah kita melihat lima model rumah yang menurut hemat saya, sama buruknya, maka kita akan mencoba melihat model rumah yang ideal, rumah yang dianjurkan oleh Rasul SAW. untuk membentuknya. Tentu saja kita masih ingat sebuah hadis Nabi yang mengatakan, baiti jannati (rumahku surgaku). Bagaimanakah rumah yang merepresentasikan surga di dunia tersebut. Paling tidak kita mengenal dua model rumah yaitu model madrasah dan model masjid.
1. Model Madrasah.
Madrasah terambil dari kata darasa yang maknanya sekolah atau tempat belajar. Dari kata drs terbentuk kata mudarris yang bermakna guru. Di madrasah atau di sekolah murid-murid akan belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan. Tidak itu saja mereka juga belajar tentang etika-akhlak dan seni. Ilmu pengetahuan membuat mereka cerdas secara intelektual (IQ) sedangkan akhlak dan seni membuat mereka memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Rumah model madrasah adalah rumah yang di dalamnya berlangsung proses saling belajar. Semua anggota bisa berfungsi menjadi guru dan pada saat yang sama bisa pula menjadi murid. Keinginan untuk terus belajar inilah yang membuat anggota keluarga tidak akan pernah merasa sempurna, paling benar dan paling mengetahui segala-galanya.
2. Model Masjid
Setelah kita mengetahui rumah model madarasah, maka model ini kita sempurnakan dengan mengambil satu model rumah lagi. Model tersebut adalah model masjid. Mengapa masjid? masjid adalah tempat orang sujud dan menundukkan dirinya kepada Allah. Masjid juga merupakan tempat shalat berjama'ah, di samping tempat mengaji dan melakukan muzakarah. Suami yang setiap hari bekerja mencari nafkah harus melakukannya berdasarkan tauhid yaitu semata-mata mencari ridha Allah swt. Demikian juga sang istri apakah menjadi ibu rumah tangga atau menjadi wanita karir, juga harus melakukannya karena Allah, bukan karena yang lain-lain.
Rumah tangga model masjid meniscayakan anggotanya untuk hidup secara berjama'ah. Apakah lewat shalat jama'ah minimal satu kali dalam satu hari, makan bersama atau rekreasi bersama. Dari sini timbullah kekompakan antar anggota keluarga. Setiap orang akhirnya memiliki sensitivitas terhadap anggota keluarga yang lain. Jika salah seorang sakit atau memiliki masalah di luar, tanpa diberitahu anggota keluarga yang lain bisa merasakannya dan mereka segera akan saling membantu.

Penutup.
Rasul pernah menyatakan bahwa "rumahku adalah surgaku", maka sebenarnya kita dapat mewujudkan surga dunia dengan cara membangun rumah tangga yang ideal, rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Inilah rumah yang meniru pola madrasah dan masjid. Insya Allah jika kita berhasil mewujudkannya, maka kita akan dapat menjalani kehidupan ini dengan damai dan bahagia. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar