Jumat, Mei 15, 2009

psikologis caleg indoensia setelah pemilu

Tanggal 9 April 2009 telah berlalu dan pada hari itu, telah diselenggarakan resepsi besar bangsa Indonesia didalam maupun diluar negeri. Seluruh rakyat, termasuk saya dan anda akan menggunakan hak suara untuk memilih wakil rakyat di legeslatif. Tentunya, suara yang kita berikan sesuai hati nurani masing-masing. Remaja diatas 17 tahun, kaum muda dan tua pun ikut melangkahkan kaki mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kelurahan masing-masing, untuk menyalurkan aspirasi politik kepada calon legeslatif, yang ia wakilkan sebagai wakil rakyat.

Secara makna, yang namanya diwakilkan, mestinya lebih mengerti, dimana posisi atau kedudukannya dibawah orang yang memberi wakil. Dalam kontek ini, siapapun wakil rakyat yang terpilih, hendaknya memahami tentang makna kata wakil atau berwakil atau perwakilan. Dengan demikian wakil rakyat memilih posisi atau kedudukan dibawah rakyat. Makna ini analog dengan wakil presiden dengan Presiden, Wakil Gubernur dengan Gubernur dan wakil Bupati dengan Bupati serta wakil walikota dengan Walikota. Maka posisi yang lebih tinggi masing-masing adalah Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota.

Pemilu kali ini, agak berbeda dengan tahun sebelumnya.Terutama tentang cara mencoblos surat suara. Pemilu tahun ini, metode pencoblosan dengan mencontreng nomor caleg atau nama caleg atau partai politik yang mengusung. Namun demikian, masih ada juga, calon legeslatif yang belum memahami tatacara menandai surat suara yang benar, hal ini terungkap dalam acara sosialisasi pemilu yang diadakan oleh pemerintah kecamatan Bandar Sribawono, Lampung timur melalui Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) untuk dapil VI kecamatan Bandar Sribawono, Melinting dan Labuhan Maringgai ( Radar, 2008).

Terlepas dari metode mencoblosan diatas , Penulis akan mencermati tentang kondisi setelah 9April 2009, apa yang terjadi terhadap calon legeslatif yang kalah dalam perhelatan akbar ?Mengingat, telah banyak korbanan yang dikeluarkan seperti dana yang begitu besar, waktu, tenaga dan pikiran. Apalagi tidak semua dana tersebut, punya sendiri. Bisa saja meminjam alias hutang dengan orang lain. Yang namanya hutang cepat atau lambat mesti harus dibayar. Siapkah mereka secara ikhlas dan legowo calon wakil rakyat untuk menerima kekalahan? Bagaimana sikap mentalnya ? is Oke, kalau semuanya telah siap mental, maka tidak ada masalah - No problem, akan tetapi bagaimana kalau diantara mereka tidak siap? Inilah suatu khawatiran Penulis.

Mungkin disini akan banyak bermunculan penyakit jiwa, stress berat, frustasi dan pusing kepala yang berkepanjngan dan lain lain. Rumah Sakit Jiwa mungkin tempat yang cocok buat mereka. Dr. Aminulah, S.Pj - Direktur Rumah Sakit Jiwa Departemen kesehatan Republik Indoensia,pada Lampung post pernah menyatakan tentang kekhawatiran ini. Ya frustasi dan stress. Oleh karenanya, menurut Penulis siapapun orangnya yang mencalonkan diri sebagai caleg mestinya menyiapkan diri jauh jauh sebelumnya. Artinya ia, harus siap menang dan siap juga untuk kalah dengan segala resikonya.

Situasi kondisi setelah 9 April 2009, yang dialami Calon Legeslatif antara lain banyak orang yang stress berat, pusing kepala yang berkepanjangan, konflik, karena lilitan hutang, rawan kriminal, perasaan berdosa dan banyak ngelamun. Menurut teori stress adalah kondisi mental yang terjadi karena harapan tidak cocok dengan kenyataan. Biasanya stress akan membawa ketegangan jiwa dan juga berkorelasi dengan kondisi fisik. Kondisi fisik yang lelah karena pengaruh ketegangan psikis, akan membawa emosi yang tidak stabil. Stress adalah reaksi individu terhadap berbagai tuntutan atas rangsangan atas diri seseorang. Stress juga menurut Sidharta, 2008 LAN RI sesuatu yang bersifat bahaya, yang mengancam kehidupan mental dan fisik.

Gejala fisik dari stress adalah keadaan jasmani yang menjadi tanda-tanda akan tumbuhnya atau terjengkitnya sesuatu. Tanda-tanda tersebut menurut hasil penelitian sebagai berikut terkena sesak nafas, rasa mual, selera makan berkurang, sering mendapat gangguan pencernaan seperti lambung, kadang disertai mencret, mengalami sulit tidur, sering terjaga, merasa sering lelah, sering gelisah, pegal-pegal di punggung, kesemutan, pusing kepala dan berdebar debar.

Terhadap yang menang, anda pun bisa dibelenggu dengan dosa, karena janji anda pada saat kampanye, secara moral dimintai pertanggungjawaban. Rakyat minta bukti dan bukan janji. Rakyat sudah muak dengan janji dan rakyat sudah bosan dengan omong kosong, kita perlu realita. Karena kalau sudah jadi anggota legeslatif, jangan sampai melupakan rakyat. Doa rakyat yang teraniaya, akan lebih makbul. Karena sebagai anggota legeslatif itu membawa amanah.

Solusi yang dapat diberikan antara lain semuanya kembalikan kepada Allah Ilahi Robbi, karena dia maha dalam segala galanya. Innalalillahi wainna ilahi rojiun. Sesungguhnya kita, semua milik Allah dan semua akan kembali kepadaNYA. Susah dan senang, gembira dan sedih, kalah menang, semua telah diatur olehNYA. Allah juga yang membolak balikan hati manusia kepada kemana yang DIA mau. Karena demi massa, demi matahari senantiasa beredar menurut porosesnya dan bulan berputar mengelilingi. Manusia pun memiliki jiwa sesuai dengan orbitnya Allah.. Fujuroha wat taqwa. lalu apabila jiwa itu keluar dari orbitnya, yaitu melanggar ketentuan Allah, maka tunggulah kehancuranya. Seorang anggota legeslatif juga termasuk pemimpin. Pemimpin itu membawa amanah. Pemimpin umat yang dibutuhkan sekarang ialah yang memiliki kecerdasan Intelektual, emosi dan spiritual. Disinilah diperlukan Spritual Quotient (SQ). SQ adalah kondisi mental yang merupakan aktivitas kerja otak kanan, yang melahirkan sejumlah perasaan kearah religi sesuai dengan suara hati nurani ( inner voice). Hati nurani berisikan Godspot yang mengandung sifat asmaul husna. Seperti kejujuran, kepasrahan, bijaksana, pengasih dan penyayang.

Demikian yang bisa disampaikan, mudah-mudahan tulisan sederhana ini,dapat memberi manfaat dan mengingatkan calon legeslatif untuk menyiapkan mental yaitu siap menang dan siap juga kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar